Serba Serbi Jogja

Last Updated: March 10, 2025By

@mf

Setelah sampai Bandara International Jogja, dari Kota Salatiga. Pesawat yang akan menerbangkan kami ke Lombok delay. Hujan sedang lebat-lebatnya.  Satu setengah jam kami menunggu di Bandara baru, nan megah di Kulonprogro ini.

Kami-pun naik pesawat. Hujan masih saja lebat. Kapten putuskan kembali menunggu hujan reda. Dalam pesawat kami tunggu. Tidak jua reda. Setelah sekitar 40 menit duduk dalam pesawat, diputuskan terbang.

Kebayang olengnya pesawat menembus awan berisi hujan. Beberapa menit lamanya. Turbelensi tidak bisa dihindari. Alhamdullilah, syukur tiada terkira kehadirat Allah aza wa jalla. Turbulensi hanya sepertiga perjalanan. Selanjutnya lancar sampai Lombok.

Saya dan sebagian besar kolega nenteng kardus kecil berisi bakpia. Kardus yang sangat rapi. Setelah lewati pemeriksaan bawaan, menuju ruang tunggu stand-stand UMKM berjejer. Di antaranya jual bakpia. Di bandara ini, bentuknya UKM namun berkelas.

Mayoritas penumpang bakpia yang ditenteng. Itulah, setiap pengujung dari jogja membawa oleh-oleh ini. Ketika beli bakpia tadi, sibuknya pelayan toko layani pembeli tidak terkira. Laris manis.

Jogja sukses ngebranding diri dengan Bakpia pun Gudeg. Tidak lengkap dari jogja tanpa Bakpia dan Gudeg. Kakak ipar yang beristrikan orang Jogja telah siap-siap bawakan untuk adiknya (istri saya) sebakul gudeg. Kami ketemuan di mesjid Gede Kauman. Mesjid yang hampir sepenuhnya berbahan kayu. Begitu mempesona.

Bicara Gudeg, Kemasannya bagus banget. Gudeg Yu Jum. Dalam bakul Gudeg, juga berisi kertas bertuliskan cara hangatkan gudeg sesampai tujuan. Kita belum bicara batik, kaos dan oleh-oleh lain. Akan lebih panjang lagi.

Inilah Jogja. Dengan segala keistimewaannya. Tertib berkendara nampaknya masih terlihat. Sebagai alumni jogja, saya bilang ke teman, coba perhatikan adakah yang tidak pakai helm para pengedara motor itu? Bahkan yang dibonceng di belakang juga pakai helm. Berstandar SNI pula.

Itupun perilaku kami dulu. Saat kuliah. Sekedar beli makan di warung depan, tetap pakai helm. Ketika naik motor. Jauh dekat membudaya dengan helm. Bukan karena ada atau tiadanya polisi yang jaga.

Coba kita renungi. Buah tangan apa yang mencirikan kita NTB (Lombok-Sumbawa) ini. Apa yang bakal Jadi buah tangan ketika dari sini?

Sehingga ketika ditengok di bandara, diterminal buah tangan itu yang ditenteng mayoritas penumpang. Butuh berapa lama siapkan itu. Bila ada bagaimana supaya terlihat lezat, kemasan yang elegan, tahan lama dan juga terjangkau. Sebenarnya inilah makna pengembangan ekonomi lokal. Yuk dipikirkan.

news via inbox

Nulla turp dis cursus. Integer liberos  euismod pretium faucibua

Leave A Comment