Kelembagaan “Keiretsu” Jepang
@m firmansyah
Ini bisa dibilang tarik menarik untuk meraih sejahtera bersama. Keiretsu adalah budaya hubungan industrial jepang. Perusahaan-perusahaan besar, raksasa nan matang, gandeng UMKM sebagai bagian pemasok penting perusahaan.
Sebagai contoh Toyota. Bagian-bagian industri, dipasok usaha-usaha kecil. Entah baut, ban atau yang lainnya. Toyota tinggal rakit saja. Integrasi mereka secara vertikal. Pun horisontal.
Keiretsu adalah jalan menuju sejahtera bareng-bareng. Industri besar jangan jalan sendiri. Kuasai sendi-sendi bisnis sendiri. Makanya yang kaya makin meluber kekayaannya, yang miskin makin kering.
Inilah Jepang. Yang begitu peduli upaya sejahtera bersama. Disamping pekerja keras, masyarakat jepang dikenal hemat. Bank sentral Jepang sampai-sampai harus terapkan suku bunga negatif. Karena pekerja, Setiap dapat gaji selalu saja ditabung, kalau begini siapa yang beli dan hidupkan ekonomi lokal. Negara tentu tidak mau.
Keiretsu versi indonesia harus dipikirkan negara. Ekonomi lokal (besar dan kecil) harus kokoh. Itu juga mungkin alasan pemerintah mau dihidupkan lagi koperasi desa. Dengan pembiayaan besar-besaran.
Dari sisi desain kelembagaan bukan begitu caranya. Koperasi harus tumbuh dan besar, dari bawah. Tau aturan main serta tata kelola yang baik. Bukan ujug-ujug dikasi uang.
Masalah uang ini sensitif, kepala desa mungkin khawatir. Makanya nolak. Ada uang namun tanpa program yang jelas. Ujung-ujungnya tersangkut korupsi. Tentu mereka tidak mau. maka, Kuatkan dulu kapasitas SDM dan kelembagaan manajerial desa. Setelah itu, akan baik tata kelolanya. Insya Allah.
Pembangunan berbasis gotong royong adalah semangat yang memang telah hilang di negara ini. Cobalah belajar dari keiretsu Jepang. Untuk indonesia yang lebih baik. Siapa tahu masih, bisa cepat kita balikan keadaan bangsa kita yang tengah babak belur ini.
news via inbox
Nulla turp dis cursus. Integer liberos euismod pretium faucibua