Potensi dan Masa Depan “Kapas”

Last Updated: September 2, 2024By Tags: , ,

@M. F

Saya dapat undangan Bank Indonesia hadiri acara di episentrum mall mataram. Macam expo produk gitu. Tapi produk kali ini tunggal, tenunan. Di acara itu dipamerkan fashion kain tenun. Menawan dan apik sekali.

Saya telat datang. Duduklah saya deretan paling belakang. Menyaksikan eloknya persembahan busana khas tiga suku di NTB ini.

Konon Bank Indonesia tengah bangun ekosistem industri tenun. Saya setuju, karena Ini identitas. Ini berpeluang jadi produk industri yang lahir dari hati dan peluang pasar menjanjikan.

Kendalanya, benang masih kita impor dari Cina kanda, kata Supiandi, yang tangani ekspor di Bank Indonesia. Ketika Supiandi lihat saya, dihampirinya saya di belakang. Kami ngobrol banyak.

Saya selalu percaya teori path dependency. Keahlian leluhur dalam bekerja akan turun temurun ke generasi berikutnya. Objek itu saja yang dikembangkan. Insya Allah akan mudah dilatih dan disesuikan.

Budidaya kapas ini telah dilakukan oleh leluhur daerah ini. Sejak jaman penjajah. Bahkan sebelumnya. Tapi karena “mungkin” persaingan bisnis, lahan pekerjaan ini dimatikan. Kini benang saja diimpor dari Cina.

Supaya kain tenun jadi produk industri tentu kudu punya daya saing. Secara komparatif pun kompetitif. Oke, Itu produk memang khas kita secara komparatif, tapi bila harganya mahal, rendah daya saing kompetitifnya.

Nampaknya Bank Indonesia ingin fokus benahi hulu dan hilir sehingga berdaya saing ini produk. Budidaya kapas coba dihidupkan lagi. Dilakukan kerja sama dengan Kagama. Ikatan Alumni UGM. Supaya benang tidak perlu impor.

Beberapa orang, turun temurun masih mengintal benang dari kapas ini. Secara tradisional. Pewarnaan juga bisa dilakukan secara alami. Ini yang mau di luaskan skalanya. Disiapkan bahan bakunya, dibantu mesin pengintalnya.

Saya baca beberapa jurnal ilmiah. Salah satunya ” The Evolution of Japanese Craftsmanship: Tradition and Modernity” oleh Masako Takahashi tahun 2020.

Jurnal itu jelaskan integrasi alat-alat baru tanpa sepenuhnya tinggalkan teknik tradisional. Sistem pelatihan termasuk peran guru, pelatih serta metode transfer, teknik dan filosofi kerajinan dijelaskan. Dibahas juga pengaruh budaya luar terhadap teknik dan desain tradisional.

Dalam jurnal itu, ditekannkan Keseimbangan dalam tradisi dan inovasi memenuhi konsumen kontemporer. Terakhir, bagaimana pengrajin beradaptasi untuk tetap relevan dengan moderenitas.

Saya menaruh harapan akan kapas ini. Semoga tulisan ini sampai ke semua calon kepala daerah di NTB. Fokus bantu terbentuk ekosistem industri tenun ini. Berawal dari budidaya kapas. Ini loh industrialisasi itu. Sangat dekat dengan kita.

Saya pulang dari acara ini bawa pulang suvenir. Kain tenun khas NTB. Kebiasaan BI memang begini. Alhamdullilah, satu-satu produk unggulan mulai teridentifikasi dan dikembangkan.

news via inbox

Nulla turp dis cursus. Integer liberos  euismod pretium faucibua

Leave A Comment