@mf

Batik Air baru saja mendarat di Lombok. Ada dua penerbangan terakhir malam ini. Satu lagi, Super Air jet terbang dari Yogyakarta. Batik Air ini terbang dari Kuala Lumpur.

Para pekerja dari Lombok satu persatu keluar dari pintu kedatangan. Dengan troli berisi tas ransel dan kardus-kardus besar. Rame penjemput malam ini. Mereka melepas kangen dengan kerabat yang telah lama menanti di ruang kedatangan.

Anak, istri, ayah dan ibu, kakak bahkan paman, bibi turut serta menjemput. Ada yang menangis haru dalam pelukan. Adapula yang bersorak, ketika sepasang suami istri cipika cipiki di awal perjumpaan malam itu.

Saya turut larut dalam suasana. Sayapun tengah merindukan putri saya. Dia baru selesai program pertukaran mahasiswa di Universiti Utara Malaysia. Malam ini dia kembali ke Lombok.

Melihat pekerja kita yang pulang kampung dengan lega. Imajinasi saya menerawang akan sebuah negeri yang sejahtera. Gemah ripah loh jenawi. Negeri hijau royo-royo. Serta gemerlap emas, batu bara serta SDA lain.

“Siapa yang ditunggu, pak”, tanya saya pada seorang bapak. “Adik saya” Jawabnya. 5 tahun sudah dia bekerja di Malaysia. Tentu ada yang lebih dari segitu.

Kapan ruang pekerjaan layak bisa kita punya. Sehingga tidak lagi ada anak pisah jauh dari ayahnya. Istri jauh dari suaminya. Untuk mencari nafkah.

Itu berbalik ke kita. Yaitu Kita semua yang berpikir terbuka, pemerintah yang mencipta iklim bisnis yang kondusif, generasi pekerja yang berkualitas dan dunia bisnis yang berkembang dari waktu ke waktu.

JB Say berkata, supply creates its own demand. Harusnya setiap penawaran ada saja permintaannya. Setiap ada orang yang jadi pasar, ada saja yang nawarkan produk. Masalahnya produk kebanyakan bukan dari kita. Orang hanya ambil keutungan saja dari semangat kita berbelanja.

Sabarlah dulu. Semoga hari esok daerah kita akan lebih sejahtera. Dari hari ini. Selamat kembali dikampung halaman tercinta para pejuang nafkah.